4 Desember 2010

tentang "memahami"

"Bapakmu tuh orang'e selalu nerima, dan yakin kalau rejeki itu sudah ada yang mengatur, dan selama hidup dengan Bapakmu, alhamdulillah nggak pernah sampe kekurangan trus harus berhutang sana sini".

Rentetan kalimat Ibu kemaren menyadarkan bahwa gue pernah punya seorang "great Father". Dalam ingatan gue, Bapak adalah sosok yang tenang, pendiam, jarang marah kecuali kalau emang keterlaluan. Dan yang membuat gue salute adalah gue lom pernah dengar dia mengeluh. Meskipun nggak banyak moment yang bisa gue inget dengan dia, tapi gue ingat pernah digebuk pake sapu gara2 gue gebuk ayam sampai mati :D *salah satu contoh kenakalan gue waktu kecil. Dan satu lagi yang masih gue inget sampai sekarang adalah ketika pesta lomban waktu itu, gue diajak ke pantai kartini, tapi bukannya gue seneng malah sepanjang jalan gue nangis. dan nangisnya gue bukannya pengen sesuatu trus nggak dibeliin, tapi karena gue ngerasa kasihan ngeliat Bapak apalagi pas ngamatin wajahnya. Meskipun dia terlihat tegar tapi gue ngerasa begitu banyak beban yang harus dia tanggung. Ntah apa yang telah merasuki pikiran gue kala itu, hingga seorang gue yang waktu itu berumur sekitar 7 tahun udah memiliki kepekaan "jiwa" seperti itu.

Dan tahun-tahun pun berlalu tanpa pernah gue menyadari bahwa ada "something special" dengan pikiran yang udah dianugrahkan Tuhan ke gue, sampai saat Ibu ngomong seperti itu yang mengingatkanku lagi kemasa 18 tahun yang lalu itu. Dengan mendengar omongan dan melihat cara bicara seseorang gue isa paham apa tujuan orang itu. Keadaan membuat gue untuk selalu "berpikir", begitu pula dengan "Keterbatasan" yang telah memberikan banyak pelajaran berharga bagi kehidupan gue terutama tentang "memahami". Dan semakin gue gali kenangan2 itu semakin gue bersyukur dengan apa yang gue dapat sekarang. Ya.......karena semua itu telah mengajarkan gue untuk semakin "paham" orang lain. Dalam prinsipku lebih baik gue yang "menderita" dari pada melihat orang lain menderita karena gue, meskipun dengan resiko sering diakalin :hammer: tapi i don't care dengan mereka yang berbuat buruk ke gue, toh semua resiko perbuatan bakalan ditanggung sendiri2. Dan itulah yang diwariskan sosok Bapak ke gue, selama menjadi Bapakku nggak pernah sekalipun gue liat Bapak "beradu mulut" ntah itu dengan Ibu atau orang lain meskipun dia tau kalau dia dalam posisi benar dan wajar bila harus menyangkal. tapi semua itu nggak pernah dia lakukan karena dia "paham" bahwa segala sesuatu isa diselesaikan tanpa perlu banyak "BICARA". Thanks Dad, u are my inspiration.

u so much

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
not ordinary ◄Design by Pocket 'n customize by uniedutz, BlogBulk Blogger Templates